Kamis, 15 September 2011

Kisah Jaket Hitam dan Abu-abu

Sesungging senyum hangat menghias wajah jaket hitam sejak ia melihat jaket abu-abu berjalan malu ke arahnya. Hitam, warna yang sesuai untuknya, yang misterius tapi hangat. Dramatis tapi elegan. Kuat tapi penuh perlindungan. Sangat pas untuk merepresentasikan sifatnya yang selalu menggoda jaket abu-abu untuk lebih mengenalnya lebih jauh.
Siang itu dia menunggu jaket abu-abu diseberang jalan, gerbang depan sekolahnya, yang sedang akan menyeberangi jalan yang cukup padat. Senyum dan penglihatannya tak ia lepas dari jaket abu-abu hingga akhirnya si abu-abu duduk dibelakang punggungnya dengan nyaman. Aroma hujan yang menguap mengiringi gelinding roda motornya dengan santai. “ Tak boleh ada yang melihat mereka bersama, ini rahasia” bisiknya pada angin yang menerpa wajah mereka berdua. Hanya angin, hujan, dan matahari yang masih malu-malu menyembunyikan wajahnya dibalik awan saja yang boleh tahu. Ini benar-benar rahasia. Setiap detik dan hembusan napas adalah waktu yang terindah bagi mereka. Percakapan sepenjang jalan adalah alunan melodi  merdu untuk mereka kenang. Angin dan kawan-kawannya tak boleh menguping, ini lebih dari sekedar rahasia kawan.
Mereka telah tiba ditempat tujuan abu-abu. Jaket hitam bersbisik, “kau masih saja seperti karang, keras dan tak goyah...”. “dan kau masih seperti ombak yang selalu pasang surut membentur karang,” balas sang abu-abu. Mereka tersenyum, lalu tertunduk malu. Masing-masing mengartikan bisikan pendek yang baru saja terlontar.
Itu adalah kisah 4 bulan berlalu sebelum 15 mei 2010, hari yang telah dinanti selama tiga tahun. Hari bersejarah yang akan mengubah status hidup hitam dan abu-abu. Hari itu, jaket hitam dan abu-abu tidak lagi berstatus sebagai siswa. Abu-abu pun telah menyabet status baru sebagai “mahasiswa”, jaket hitampun menunggu status itu datang padanya. Hari itu pula, adalah senyum terakhir jaket hitam untuk sang abu-abu. Mereka sama-sama tersenyum diantara kerumunan orang-orang yang berbusana kartini bagi para perempuannya danpara lelakinya mengenakan  kemeja panjang lengkap dengan dasinya bak para eksekutif muda. Salam perpisahan terucap dalam diam melaui lambaian tangannya.  Tidak ada air mata, masing-masing tersenyum untuk kisah biru yang mereka tinggalkan. Masing-masing bersiap mengejar mimpi. Kisah biru antara jaket hitam dan abu-abu akan selalu menghias langit biru selepas hujan, dan mengenang deburan ombak yang selalu membentur karang di pantai yang lautnya biru,. Kisah ini memang sebiru langit cerah dan sedalam laut biru samudra.
bukankah karang selalu menunggu ombak yang datang?”bisik jaket hitam pada abu-abu hari itu, hari kenangan rahasia yang hanya hitam dan abu-abu yang tahu.