Selasa, 29 Maret 2011

Aku VS Setan-setan dalam Diriku

Aku mulai merasa lelah, aku kembali merasa tidak nyaman, ini tidak cocok untukku. Ini terlalu sulit. Aku pun mulai berpikir untuk menyerah sekarang. Ya menyerah sekarang, saat ini, disini, dari sini. Aku tahu, aku kembali menginginkan hal yang dulu pernah ku inginkan. Aku tahu, aku selalu mengintip, melirik ke arahnya. Aku hampir selalu memikirkannya. Aku ingin berbalik arah, lalu berlari mengejarnya lagi.

Aku : “apa yang kau pikirkan, heh?. Bodoh...! kau tahu? Kau sudah berjalan terlalu jauh, 8bulaan lebih telah kau habiskan untuk ini. Berapa banyak hal yang sudah kamu dan orang-orang yang menyayangimu korbankan untuk hal ini?, itu sangat banyak. Lalu sekarang ingin menyerah?”
SdD : “ya, aku tahu itu. Bahkan aku sangat tahu dan mengerti. Lalu aku harus bagaimana? aku merasa tidak cocok berada disini.”
Aku : “yang harus kau lalukan cukup hanya bertahan dan selesaikan apa yang telah kamu mulai.”
SdD : “bertahan? Kau tahu, bertahan tidak akan membuatku maju. Aku hanya seperti berjalan ditempat ini. Apa kau ingin melihatku, hanya jalan ditempat sementara yang lain terus merangsek maju?. Jadi biarkan aku berbalik arah lalu mengejar apa yang memang aku inginkan.”
Aku : “yang kamu inginkan?. Ini, berada disini itu yang sebenarnya kamu inginkan.”
SdD : “bukan.”
Aku : “kau bilang “bukan”?. Dan kau mau bilang bahwa kau ingin kabur, menghindari masalah seperti yang ingin kau lakukan dulu?. Seperti itu kan keinginanmu?. Kau tahu, kau hanya seorang pengecut yang akan selalu menghindari masalah. Kau pikir, menghindar akan menyelesaikan masalahmu? ”
SdD : “tidak seperti itu. Tapi ini berbeda.”
Aku : “apa bedanya?. Kau hanya ingin menghindari sesuatu, karena kau tidak bisa melakukannya dengan baik kan?. Itu sama seperti yang dulu.”
SdD : “entahlah, aku hanya merasa tidak menginginkan hal ini sejak awal,”
Aku : “lalu mengapa kau ada disini, kalau kau tidak menginginkannya?.”
SdD : “aku tidak punya pilihan lain, tapi aku menginginkan hal lain”
Aku : “itulah yang membuatmu hanya berjalan ditempat. Kau menduakannya, padahal yang sejak dulu kau inginkan adalah disini. Apa kau sudah lupa, apa yang telah kau katakan pada orang yang paling kamu sayangi malam itu?. Apa kau sudah lupa, bagaimana kau bangun di sepertiga malam terakhir hanya untuk merengek-rengek pada tuhanmu agar kau bisa berada disini?. Apa kau juga sudah lupa bagaimana perasaanmu saat kau tahu bahwa kau tidak bermimpi untuk ada disini? Bukankah kristal-kristal beningmu berjatuhan saat kau tahu hal itu, karena kau merasa begitu bahagia?. Apa kau juga telah lupa bagaimana kau berlari, lalu kau peluk orang yang kamu sayangi lalu kau bisikkan tentang hal itu?. Kau ingat, itu adalah pertama kalinya kau peluk dia setelah kau beranjak remaja?. Apakah sekarang kau sudah benar-benar lupa bagimana luapan perasaanmu saat itu??? Bukankah kau sangat bersyukur?”
SdD : “...”
Aku : “apa beginikah caramu bersyukur? Setelah kau dapatkan apa yang kau inginkan, lalu dengan mudahnya akan kau tinggalkan, hanya karena kamu tidak bisa melakukan satu hal dengan baik. Kau tahu, hanya “SATU” hal, tapi kau masih bisa melakukan hal lainnya dengan baik disini. Apa sekarang kau sudah tak tahu lagi bagaimana caranya bersyukur?”
SdD : “aku tahu,,,tapi,,”
Aku : “kau pikir bersyukur, hanya dengan kau ucapkan “alhamdulillah” saja?, lalu setelah itu kau lupa, dan kau tinggalkan apa yang telah kau dapat. Itu bukan bersyukur namanya. Jika kau benar-benar bersyukur, harusnya kau buktikan rasa syukurmu. Lakukan yang terbaik pada apa yang telah kau dapatkan. Dan selesaikan apa yang telah kau mulai dengan hasil terbaikmu.”
SdD : “apa aku bisa? Aku tidak berbakat dalam hal ini?” 
Aku : “kau tidak buutuh bakat untuk melakukan ynag terbaik dalam hal ini, yang perlu kau lakukan hanyalah sedikit pengetahuan, pengetahuan bisa kau dapatkan jika kau mau berusaha. Dan satukan hati mu untuk benar-benar mencintainya. Bukankan beberapa saat yang lalu kau bilang kau bisa menikmati keadaan disini, bahkan kau bilang kau sudah bisa menyukainya?. Sekarang berikan yang terbaik untuk yang telah kau pilih, dan jangan lagi kau duakan hatimu untuk yang lain. Percayalah ini yang terbaik untukmu, karena ini kau sendiri yang memilihnya, dan tuhanmu pun memilihkan ini sebagai yang terbaik untukmu. Dan kau lihat bagaimana senyum orang-orang yang kau sanyangi melihatmu disini. Oh, ya satu lagi. Jangan kamu terlalu mengasihani dirimu mu sendiri, itu akan membuatmu manja.”
Diriku : “kau benar, aku memang menduakanya selama ini. Aku kurang mensyukurinya karena ku anggap ini hanya sebuah kebetulan. Aku juga merasa begitu dimanjakan oleh diriku sendiri, hingga aku merasa sedikit malas untuk menyelesaikan apa yangku rasa tidak bisa ku selesaikan, padahal mungkin aku bisa melakukannya dengan lebih baik jika aku lebih berusaha.”
Aku : “iya, dan ingatlah, bukankah kau ingin membuktikan padaku bahwa kau bisa berdiri dengan kedua kakimu, tanpa harus ada “dia” disampingmu. Bahwa kau masih bisa mengepakkan sayapmu dan terbang lebih tinggi tanpa harus ditemaninya, bahwa kau akan baik-baik saja. Dan bahwa kau bukan seorang yang hanya bisa bermimpi, tapi kau juga bisa mengejar mimpimu hingga dapat. Dan bahwa kau bukan orang yang hanya bisa berjanji, tapi kau juga bisa menepati janjimu pada dirimu sendiri.”
Diriku : “tentu. Akan aku buktikan.”
Aku : “baik, ku tunggu buktinya. Dan ingat, bahwa kau tidak akan bisa membohongiku, aku akan tahu jika kau membohongiku, karena aku adalah dirimu, dirimu adalah aku. Jangan lagi biarkan setan-setan dalam dirimu itu menguasai dan mengusik kita, biarkan aku yang menguasai diri kita sendiri.”